Dalam budaya atau praktik spiritual tertentu,
istilah "indra keenam" merujuk pada kemampuan supranatural atau
persepsi yang dianggap melampaui kemampuan indera yang lazim. Ini sering
dikaitkan dengan intuisi, penglihatan batin, atau persepsi ekstra-sensori.
Dalam agama Hindu, Indra ke-6 dikaitkan
dengan Dewa Indra, meskipun Dewa Indra bukanlah Indra ke-6. Namun, Dewa Indra dalam
mitologi Hindu memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal yang tidak terlihat
oleh mata, sehingga ia sering dikaitkan dengannya karena memiliki kemampuan
tersebut.
Dewa Indra merupakan raja para dewa. Dia
adalah dewa petir dan hujan. Dalam hierarki dewa-dewa, Dewa Indra berada di
atas banyak dewa lainnya. Dia dianggap sebagai pemimpin para dewa dan
bertanggung jawab atas mempertahankan ketertiban kosmik serta memberikan hujan
yang penting bagi pertanian.
Indra juga terkenal karena memerangi dan
mengalahkan banyak musuh, terutama dalam pertempuran melawan para asura
(raksasa) yang mengancam kestabilan dunia. Dia digambarkan dengan senjata-senjata
seperti petir (vajra) dan busur yang kuat.
Meskipun posisinya sebagai Indra yang
terkenal dan terkemuka, dalam mitologi Hindu terdapat banyak Indra lainnya yang
muncul dalam siklus kehidupan alam semesta. Setiap Indra menggantikan yang sebelumnya
dan melayani untuk jangka waktu tertentu sebelum digantikan oleh Indra
berikutnya.
Meskipun Indra ke-6 ini masuk ke ranah area
kontroversi, ada hal menarik yang bisa kita kaji, yaitu menurut penelitian ada
hormon - hormon yang ikut bertanggung jawab (terlibat) dalam kemampuan indra
ke-6 ini. Seperti yang kita tahu secara umum metode membuka mata batin atau
indra ke-6 di lakukan dengan meditasi, tirakat, bertapa, semedi, berzikir
(dalam islam) dan sejenisnya. Secara universal ada banyak peneliti hubungan
sebab akibat antara meditasi dan hormon, diantaranya adalah :
Sara Lazar, ahli saraf di Harvard Medical
School, telah melakukan beberapa penelitian tentang efek meditasi pada otak.
Penelitiannya menunjukkan bahwa meditasi dapat meningkatkan kepadatan materi
abu-abu di otak, terutama di area yang melibatkan perhatian, introspeksi, dan
kesadaran diri.
Richard Davidson, seorang psikolog di
University of Wisconsin–Madison, juga telah melakukan penelitian ekstensif
tentang efek meditasi pada otak. Penelitiannya menunjukkan bahwa meditasi dapat
meningkatkan kadar dopamin dan oksitosin, serta menurunkan kadar kortisol,
hormon stres.
Valter Longo, ahli biologi di University of
Southern California, telah mempelajari efek meditasi pada umur panjang.
Penelitiannya menunjukkan bahwa meditasi dapat meningkatkan kadar DHEA, hormon
yang dianggap memiliki efek anti penuaan.
Adapun hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut: