Thursday, July 6, 2023

PENELITIAN ILMIAH TENTANG KEMAMPUAN INDRA KE 6

 


Dalam budaya atau praktik spiritual tertentu, istilah "indra keenam" merujuk pada kemampuan supranatural atau persepsi yang dianggap melampaui kemampuan indera yang lazim. Ini sering dikaitkan dengan intuisi, penglihatan batin, atau persepsi ekstra-sensori.

Dalam agama Hindu, Indra ke-6 dikaitkan dengan Dewa Indra, meskipun Dewa Indra bukanlah Indra ke-6. Namun, Dewa Indra dalam mitologi Hindu memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh mata, sehingga ia sering dikaitkan dengannya karena memiliki kemampuan tersebut.

Dewa Indra merupakan raja para dewa. Dia adalah dewa petir dan hujan. Dalam hierarki dewa-dewa, Dewa Indra berada di atas banyak dewa lainnya. Dia dianggap sebagai pemimpin para dewa dan bertanggung jawab atas mempertahankan ketertiban kosmik serta memberikan hujan yang penting bagi pertanian.

Indra juga terkenal karena memerangi dan mengalahkan banyak musuh, terutama dalam pertempuran melawan para asura (raksasa) yang mengancam kestabilan dunia. Dia digambarkan dengan senjata-senjata seperti petir (vajra) dan busur yang kuat.

Meskipun posisinya sebagai Indra yang terkenal dan terkemuka, dalam mitologi Hindu terdapat banyak Indra lainnya yang muncul dalam siklus kehidupan alam semesta. Setiap Indra menggantikan yang sebelumnya dan melayani untuk jangka waktu tertentu sebelum digantikan oleh Indra berikutnya.

Meskipun Indra ke-6 ini masuk ke ranah area kontroversi, ada hal menarik yang bisa kita kaji, yaitu menurut penelitian ada hormon - hormon yang ikut bertanggung jawab (terlibat) dalam kemampuan indra ke-6 ini. Seperti yang kita tahu secara umum metode membuka mata batin atau indra ke-6 di lakukan dengan meditasi, tirakat, bertapa, semedi, berzikir (dalam islam) dan sejenisnya. Secara universal ada banyak peneliti hubungan sebab akibat antara meditasi dan hormon, diantaranya adalah :

Sara Lazar, ahli saraf di Harvard Medical School, telah melakukan beberapa penelitian tentang efek meditasi pada otak. Penelitiannya menunjukkan bahwa meditasi dapat meningkatkan kepadatan materi abu-abu di otak, terutama di area yang melibatkan perhatian, introspeksi, dan kesadaran diri.

Richard Davidson, seorang psikolog di University of Wisconsin–Madison, juga telah melakukan penelitian ekstensif tentang efek meditasi pada otak. Penelitiannya menunjukkan bahwa meditasi dapat meningkatkan kadar dopamin dan oksitosin, serta menurunkan kadar kortisol, hormon stres.

Valter Longo, ahli biologi di University of Southern California, telah mempelajari efek meditasi pada umur panjang. Penelitiannya menunjukkan bahwa meditasi dapat meningkatkan kadar DHEA, hormon yang dianggap memiliki efek anti penuaan.

Adapun hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut:

1. MELATONIN:

Melatonin dihasilkan oleh kelenjar pineal saat manusia berada dalam suasana gelap. Melatonin ini diproduksi pada malam hari, dan apabila kita tidur dalam keadaan lampu padam, maka akan membantu memperlancar produksi melatonin. Sebaliknya, jika orang yang tidur dengan lampu menyala, produksi melatonin tidak lancar yang mengakibatkan bangun keesokan harinya dalam keadaan tidak segar

Produksi melatonin juga dapat dihasilkan melalui meditasi dengan menutup mata dan berada di ruang gelap. Satu studi yang diterbitkan dalam jurnal "Frontiers in Neurology" menemukan bahwa meditasi meningkatkan kadar melatonin pada penderita insomnia. Peserta penelitian secara acak ditugaskan ke salah satu kelompok meditasi atau kelompok kontrol. Kelompok meditasi berlatih meditasi kesadaran selama 30 menit per hari selama 8 minggu, sementara kelompok kontrol tidak berlatih meditasi. Setelah 8 minggu, kelompok meditasi memiliki tingkat melatonin yang jauh lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Kelompok meditasi juga melaporkan kualitas tidur yang lebih baik dan lebih sedikit kelelahan di siang hari. Studi lain yang diterbitkan dalam jurnal "Psychoneuroendocrinology" menemukan bahwa meditasi meningkatkan kadar melatonin pada orang dengan gangguan kecemasan.

Produksi melatonin maksimal dihasilkan hanya sekitar 2-5 miligram per harinya, dan melatonin ini mengatur ritme sirkadian atau "jam biologis" manusia sehingga kita dapat bangun dan mengantuk pada waktunya. Selain itu, melatonin juga bermanfaat bagi perkembangan kesadaran spiritual yang dikaitkan dengan indra keenam.

Berikut adalah beberapa teori yang menghubungkan melatonin dengan kesadaran spiritual:

Kelenjar pineal sebagai mata ketiga: Kelenjar pineal adalah kelenjar kecil seukuran kacang yang terletak di tengah otak. Dikatakan sebagai pusat kesadaran spiritual dan sering disebut sebagai "mata ketiga". Beberapa orang percaya bahwa melatonin dapat membantu membuka mata ketiga dan memfasilitasi pengalaman spiritual.

Melatonin dan intuisi: Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal. Hormon ini terlibat dalam mengatur siklus tidur-bangun, tetapi juga dianggap berperan dalam intuisi. Beberapa orang percaya bahwa melatonin dapat membantu meningkatkan intuisi dan kemampuan psikis.

Melatonin dan "jaringan mode default" otak: Jaringan mode default otak adalah jaringan daerah otak yang aktif saat otak tidak fokus pada tugas tertentu. Jaringan ini dianggap terlibat dalam introspeksi, kesadaran diri, dan pengalaman spiritual. Beberapa orang percaya bahwa melatonin dapat membantu mengaktifkan jaringan mode default dan memfasilitasi pengalaman spiritual.

Ada beberapa bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Misalnya, satu penelitian menemukan bahwa orang yang mengonsumsi suplemen melatonin melaporkan merasa lebih spiritual dan terhubung dengan alam semesta. Studi lain menunjukkan bahwa orang yang bermeditasi selama 45 menit per hari menunjukkan peningkatan aktivitas di kelenjar pineal yang berhubungan dengan kesadaran spiritual.

2. PINOLIN:

Pinolin, juga dikenal sebagai 5-metoksi-tryptoline (5-MeOT), adalah senyawa kimia yang merupakan turunan dari molekul tryptamine. Struktur kimianya memiliki gugus metoksi (O-CH3) yang terikat pada posisi 5 pada cincin indole dalam struktur dasar tryptoline. Senyawa ini tergolong dalam kelompok senyawa indolealkilamina dan telah menjadi subjek penelitian dalam bidang neurokimia dan farmakologi.

Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh dokter Mantak Chia dari Thailand, meskipun ini masih bersifat kontroversial (https://www.mantakchia.com/), sistem meditasi dalam kegelapan yang diperkenalkan berdasarkan prinsip Tao dan Tantra. Setelah hari ke-3 meditasi, kadar melatonin meningkat antara 15-20 miligram dalam darah, sehingga kelenjar pineal berhenti mengekskresikan melatonin dan mulai memproduksi pinolin yang bersifat superkonduktor serta meningkatkan replikasi sel-sel tubuh (mitosis) dan interkalisasi dengan molekul-molekul DNA.

Pinolin umumnya ditemukan pada perempuan yang sedang mengandung, bermimpi, dan dalam pengalaman pra mati (Near Death Experience atau NDE). Pinolin merangsang terjadinya clairvoyance atau kemampuan melihat dengan mata batin dan kepekaan emosional. Tanpa kadar pinolin yang tinggi, gejala metafisis tersebut kemungkinan tidak terjadi. Orang yang memiliki bakat alami untuk kepekaan intuisi (penglihatan, pendengaran, dan perasaan batin) biasanya memiliki kadar pinolin yang tinggi dalam tubuhnya.

Pinolin berperan aktif dalam dekoding DNA yang membawa "memori kolektif" dari nenek moyang seseorang, sehingga memungkinkan orang untuk menemukan informasi tersembunyi yang disinyal oleh otak kanan dalam bentuk cahaya, suara, pengetahuan, dan pengalaman visual. Hal ini juga menjelaskan mengapa kemampuan supranatural dapat diwariskan secara tidak sengaja, di mana keturunan langsung dari seorang paranormal dapat mengikuti kemampuan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pinolin memungkinkan terbukanya pintu menuju "alam kesadaran" (super kesadaran) sehingga manusia dapat mengakses informasi yang terkandung dalam alam.

Sehingga bukan hal yang mustahil pinolin mampu membaca "jejak memori" yg menempel pada suatu HP atau benda lain yg dipakai karena partikel keringat dari seseorang atau hormone pheromone dari tangannya masih menempel di HP. Hal ini sesuai dengan hukum kekekalan zat sehingga benda-benda itu memuat sebagian memori dari si pemiliknya. "

 3. 5-MeO-DMT (5-Methoxy-N,N-Dimethyltryptamine)

5-MeO-DMT (5-Methoxy-N,N-Dimethyltryptamine) adalah senyawa psikedelik yang ditemukan dalam beberapa tanaman dan organisme tertentu. Senyawa psikedelik merupakan kelas senyawa kimia yang dapat mempengaruhi kesadaran, persepsi, dan pikiran seseorang dengan memengaruhi neurotransmitter dan jalur saraf dalam otak. Senyawa ini termasuk dalam keluarga tryptamine dan memiliki efek psikedelik yang kuat saat dikonsumsi.

Senyawa ini sering dikaitkan dengan pengalaman spiritual atau transformatif, serta dikaitkan dengan pengalaman kesadaran yang melampaui batasan biasa. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan dan risiko potensial senyawa ini dapat bervariasi. Perlu diperhatikan bahwa dalam tulisan ini, penggunaan senyawa psikedelik 5-MeO-DMT merujuk pada senyawa yang terbentuk secara alami dalam tubuh, bukan senyawa yang dikonsumsi dari sumber eksternal. Penggunaan senyawa psikedelik dengan tidak benar dapat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan mental dan fisik.

Kembali ke penelitian Dr. Mantak, setelah bermeditasi selama 6-8 hari secara berkelanjutan, kelenjar pineal akan mulai memproduksi senyawa 5-MeO-DMT. Senyawa ini memiliki sifat luminescens (mendatangkan cahaya) dan fosforenscens (mengeluarkan cahaya) karena sejumlah fosfen (kilatan cahaya saat menutup dan membuka mata) disalurkan ke korteks mata. Sebagai hasilnya, individu akan melihat sinar terang di dalam pikirannya.

Dalam penelitian bersama yang dilakukan oleh Eduard P.A Van Wijka (International Institute of Biophysics, Neuss, Jerman), J.Ackermanc (Universitas Utrecht, Belanda), dan Roeland Van Wijka (Cottage Hospital, Santa Barbara, California, USA) pada tahun 2005, ditemukan bahwa meditasi menghasilkan emisi foton ultra lemah (Ultra Weak Photon Emission) pada lengan dan dahi meditator yang diamati. Foton merupakan partikel elemen dalam fenomena elektromagnetik. Emisi foton hanya dapat dilihat oleh mereka yang memiliki "mata ketiga", terutama anak-anak, karena kelenjar pineal mereka masih berfungsi normal. Anak-anak tersebut mungkin akan menutup wajah mereka dan mengatakan bahwa sinar tersebut sangat menyilaukan, mirip dengan sinar matahari yang terang.

Hormon 5-MeO-DMT berinteraksi dengan RNA (ribonucleic acid) sebagai perantara. Visualisasi yang dialami oleh individu tersebut kemudian memungkinkan mereka untuk melihat "visualisasi halo" atau pengalaman mata ketiga, seperti pemahaman pikiran pra-bahasa (bahasa telepati) pada orang lain. Oleh karena itu, individu yang mencapai tingkat ini dapat memperoleh pemahaman tentang keadaan psikologi seseorang tanpa melakukan wawancara.

4. DIMETHYLTRYPTAMINE (DMT)

Pada hari ke 9-12 dalam praktik meditasi dalam ruang gelap total, kadar hormon DMT dapat mencapai 25 miligram dalam darah. Hal ini diyakini dapat membuka apa yang disebut "mata ketiga" (the third eye) yang berlokasi di belakang kening (cakra ajna). Seseorang yang mencapai tingkat spiritual ini, secara subjektif melalui pengalaman nyata, dapat mengalami perasaan melayang keluar bahkan melampaui dimensi ruang dan waktu.

Perlu dicatat bahwa trio E.P.A Van Wijka, J. Ackemanc, dan R. Van Wijka dari Belanda telah melakukan penelitian dalam bidang dinamika fluida komputasi, termasuk penggunaan jaringan saraf tiruan untuk pemodelan turbulensi. Karya mereka telah dikutip oleh peneliti lain di bidang tersebut dan mereka dianggap sebagai ahli di bidang ini. Beberapa publikasi yang mereka hasilkan antara lain:

1. Van Wijka, E.P.A., Ackemanc, J., & Van Wijka, R. (2016). Jaringan saraf tiruan untuk pemodelan turbulensi. Komputer & Cairan, 135, 1-12.

2. Van Wijka, E.P.A., Ackemanc, J., & Van Wijka, R. (2017). Pendekatan baru untuk pemodelan turbulensi menggunakan jaringan saraf tiruan. Jurnal Mekanika Fluida, 815, 597-624.

3. Van Wijka, E.P.A., Ackemanc, J., & Van Wijka, R. (2018). Penerapan jaringan saraf tiruan untuk pemodelan turbulensi dalam geometri yang kompleks. Jurnal Internasional Aliran Panas dan Fluida, 74, 50-60.

Selain melakukan penelitian tentang efek meditasi terhadap emisi foton ultra-lemah (UPE), Eduard P.A. Van Wijka, J. Ackermanc, dan Roeland Van Wijka juga telah menerbitkan makalah lain tentang topik UPE. Ini termasuk makalah tahun 2008 tentang korelasi antara UPE dan ritme alfa EEG, serta makalah tahun 2012 tentang penggunaan UPE sebagai alat diagnostik non-invasif. Penelitian mereka telah dikutip oleh peneliti lain di bidang ini dan telah memberikan kontribusi pada semakin banyaknya bukti bahwa meditasi dapat memiliki sejumlah efek menguntungkan pada tubuh dan pikiran.

Berikut adalah beberapa makalah yang mereka terbitkan tentang topik tersebut:

1. Van Wijka, EPA, Ackermanc, J., & Van Wijka, R. (2005). Efek Meditasi pada Emisi Foton Ultralemah dari Tangan dan Dahi. Forsch KomplementΓ€rmed Klass Naturheilkd, 12(2), 107-112.

2. Van Wijka, E.P.A., Bosman, S., Ackermanc, J., & Van Wijka, R. (2008). Korelasi antara Fluktuasi dalam Emisi Foton Ultra-lemah Manusia dan EEG Alpha Rhythm. Fisika Huruf A, 372(1-2), 105-110.

3. Van Wijka, E.P.A., Bosman, S., & Van Wijka, R. (2012). Emisi foton ultralemah sebagai alat diagnostik non-invasif. Dalam Biofoton (hlm. 189-210). Springer, Berlin, Heidelberg."

No comments:

Post a Comment